2011
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penelitian ini, keberhasilan
bukan semata-mata diraih oleh penulis, melainkandiraih oleh berkat dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam hal ekonomi dan kebutuhan pangan jepang mengeluarkan kebijakan untuk
tahap pembangunan negeri melanjutkan pemerintahan belanda. Untuk di dataran
rendah kebijakan yang dikeluarkan adalah memperbesar pertanian untuk kebutuhhan
pangan dan menggencarkan irigasi untuk daerah yang sulit air. Sedangkan untuk
daerah pegunungan atau dataran tinggi, pemerintah mengutamakan untuk kebutuhan
penghangat seperti kopi, teh, dan lainnya. Pada daerah pegunungan inilah yang
merupakan kegencaran jepang untuk melakukan pembuatan gua – gua yang fungsinya
untuk tempat bersembunyi dan juga sebagai penjara.
Penelitian ini saya khususkan pada pembangunan gua jepang yang pernah
dilaksanakan romusha di desa promasan Kabupaten Kendal Jawa tengah. Keadaan
yang ada dan lokasi yang tepat dapat menjadikan sebuah penelitian sejarah.
1. Bagaimana peristiwa sejarah pembangunan gua jepang?
2. Bagaimana struktur dan fungsi bangunan gua jepang?
3. Bagaimana hubungan gua jepang dan kebun kopi atau teh disekitarnya?
2. Untuk mengetahui struktur dan fungsi bangunan.
3. Untuk mengetahui hubungan – hubungan di sektor pertanian dan pembangunan –
pembangunan lokasi.
4. Untuk melengkapi tulisan sejarah menganai jepang di
1. Manfaat Akademik
Secara akademik atau teoritis penelitian sejarah akan memberikan kontribusi
yang sangat besar pada perkembangan dunia pendidikan. Diharapkan dengan
penyusunan laporan penelitian ini pembaca akan lebih memahami sejarah, fungsi,
struktur bangunan dari gua jepang serta dapat mengetahui hubungan pembangunan
gua ini dengan kebun kopi atau teh yang ada disekitarnya.
2. Manfaat Praktis
Laporan ini diharapkan dapat memberikan bekal dan tambahan pengetahuan.
3. Manfaat Umum
4. Memberikan wawasan kepada masyarakat agar lebih mengetahui tentang sejarah
gua jepang di desa promasan.
1. Heuristik (Pengumpulan data)
2. Mengintegrasi data
3. Analisis
4. Penulisan hasil
Dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Studi Pustaka
Sebagai penunjang dalam memperkaya isi laporan, saya menggunakanbeberapa
literatur yang sesuai dengan tema pada penelitian ini. Studi pustaka ini akan
memberikan sebagai sumber pengetahuan dalam penyusunan laporan.
2. Observasi
Dalam melaksanakan penelitian mengenai gua jepang saya melakukan pengamatan
langsung terhadap objek kajian. Di dalam praktiknya saya berusaha mencari
informasi secara langsung pada objek.
3. Wawancara
Wawancara merupakan sebuah metode pengumpulan data yang sangat penting, karena
kita dapat mengetahui pandangan masyarakat mengenai keadaan dan perspektif
masyarakat tentang gua jepang sendiri.
4. Dokumentasi
Dokumentasi dalam bentuk foto sangat membantu dalam proses pembuatan laporan.
Oleh karena itu dirasa sangat penting mengabadikan kejadian yang terjadi
diobjek lapangan.
MENYIBAK SEKILAS SEJARAH JEPANG DI
….Kalau malam, di radio, disiarkan siaran-siaran radio Jepang yang berbahasa
Setelah kedatangannya ke Indonesia, tentara ke 16 sebagai perwakilan pemerintah
militer Jepang di Indonesia membentuk suatu badan propaganda yang disebut
dengan Sendenbu. Badan ini berfungsi untuk mendukung pergerakan Jepang di
Indonesia. Melalui badan ini pula, “Gerakan 3A” dipropagandakan, yaitu: Jepang
Cahaya Asia, Jepang Pemimpin Asia, Jepang Pelindung Asia.
B. Pendudukan Jepang dan Romusha
Selain itu, Jepang menahan banyak warga sipil Belanda di kamp-kamp tahanan
dalam kondisi-kondisi yang sangat buruk, dan memperlakukan tahanan perang
militer di
C. Romusha dan Proyeknya
Jika kita melihat angka tahunnya, proyek romusa di
PEMBAHASAN
Gua jepang peninggalan romusha ini diperkirakan dibangun sekitar tahun 1943.
Pembangunan gua ini hanya menggunakan alat – alat sederhana. Alat yang
digunakan tidak secanggih teknologi sekarang. Romusha hanya menggunakan alat
–alat pahat, sedikit demi sedikit gua itu di gali agar berlubang. Tingginya-pun
disamakan dengan tinggi manusia.
Gua ini rencananya akan difungsikan sebagai penjara bagi pemberontak dan juga
sebagai tempat persembunyian tentara Jepang mengingat pada saat itu Jepang
sedang dilanda prahara hebat dengan sekutu dan Belanda. Letaknya yang dipegunungan
dapat diperkirakan aman untuk tempat sembunyi dan juga tempat penyimpanan
senjata kiriman pada waktu itu.
Dari uraian diatas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa nilai historis
dari gua tersebut tidak pada posisinya. Pertama, karena gua tersebut tidak
pernah dilakukan sebuah penelitian yang mengangkat nilai historisnya.
Penelitian yang sering dilakukan adalah penelitian tentang kondisi geografi
sekitar masyarakat setempat. Selain penelitian geografi juga yang sering
dilakukan adalah penelitian sosial oleh para peneliti ahli. Kedua, karena
posisinya yang berada disebuah lereng pegunungan para wisatawan tidak atau
kurang mengerti sejarah sejak awal kedatangan jepang di
PENUTUP
Dari
masalah – masalah yang saya rumuskan dihalaman awal dan dari hasil penelitian
yang saya lakukan mengenai gua jepang dapat ditarik kesimpulan – kesimpulan,
antara lain:
1. Gua jepang ini dibangun oleh romusa pada masa awal kedatangan jepang yaitu
sekitar tahun 1942 – 1945.
2. Gua ini direncanakan sebagai tempat persembunyian militer jepang dari
incaran sekutu pada waktu itu.
3. Sturuktur gua ini mempunyai susunan yang baik, panjangnya sekitar kurang
lebih 150 meter dan mempunyai ruang – ruang seperti kamar – kamar pada rumah.
4. Hubungan masyarakat terhadap gua ini kurang mempunyai kepedulian terhadap
nilai historis pada gua ini.
Purbo, S. Suwondo. 1996. PETA Tentara Sukarela Pembela Tanah Air.
Johan, Nur. 1988. Di Bawah Pendudukan Jepang: Kenangan Empat Puluh Dua Orang yang
Mengalaminy.
GUA JEPANG PENINGGALAN ROMUSHA
GUA
JEPANG PENINGGALAN ROMUSHA DIDESA PROMASAN LERENG GUNUNG UNGAR
Laporan Hasil Penelitian ini di
ajukan untuk memenui tugas mata kuliah
“ilmu pengetahuan sosial”
Oleh:
Nursyid Choirul H. (210 609 047)
Dosen Pengampu:
JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAN NEGERI
(STAIN) PONOROGO
AN
TAHUN 1942
KATA
PENGANTAR
Puji
syuur kehadirt allah, tuhan yang maha kuasa, yang dengan rahmat-nya akhirnya
tulisan ini dapat saya susun. Dalam penyusunan tulisan ini mencoba untuk
menyoroti masalah satu peninggalan sejarah yang kini merupakan sebuah situs
yang belum di kenal dimasyarakat.
Oleh
karena itu pada kesempatan kali ini, penulis bermaksud menyampaikan ucapan
terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyusunan laporan
penelitian ini. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih
kepada bapak Insan Fahmi Siregar, S.Ag, M.Hum, ibu Putri Agus Wijayanti R.
selaku dosen pengampu mata kuliah metode penelitian sejarah, teman-teman
seperjuangan yang memiliki visi perbaikan yang tidak dapat disebut satu
persatu. Tulisan ini kupersembahkan untuk kalian.
Penulis
menyadari dalam laporan penelitian yang saya tulis masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu kritik dan saran sangat dibutuhkan sebagai upaya perbaikan.
Semoga karya tulis ini bermanfaat.
Pacitan, 6 juli 2011
Penulis
Nursyid Choirul H .
BAB
I
Jepang merupakan sebuah Negara
imperialis yang memiliki kekuasan di Negara sendiri dan dinegara – Negara
jajahan. Kekuatan dan kekuasaan jepang dapat menaklukan Negara imperialis lainya.
Kekuasaan pertama Jepang di Indonesia
yaitu setelah jepang dapat mengalahkan Negara penjajah sebelumnya yaitu
Belanda. Pada awal kedatangan di Indonesia Jepang mendapat sambutan baik dari
warga pribumi, oleh karena dapat mengusir belanda dari Indonesia .
Adanya kekuasaan yang dimiliki jepang
setelah dapat mengalahkan belanda dapat mempengaruhi dan menguasai Indonesia
sepenuhnya. Bahkan setelah sampai beberapa bulan berkuasa, jepang dapat
membentuk sebuah kekuatan baru yang fungsinya untuk mengantisipasi serangan
balik dari sekutu. Tidak hanya itu jepang juga mngawali kekejaman dengan sebuah
kerja paksa yang tidak lain pernah dijalankan oleh belanda. Pada kerja paksa
inilah pemerintahan jepang di Indonesia
yang mulai ditentang oleh pembesar dan warga pribumi.
Kekuatan yang dibentuk jepang saat itu
merupakan sebuah tindakan yang berbau politik untuk kepentingan Negara jepang.
Kekuatan ini diberi nama PETA (pembela tanah air) yang kemudian setelah
beberapa tahun memberontak sendiri. Peta merupakan paksukan yang di cadangkan
oleh jepang untuk dipersiapkan menghadapi sekutu dalam perang duia berikutnya.
Disebuah lereng gunung ungaran tepatnya
didesa promasan terdapat sebuah kebon teh dan kopi. Kebun ini merupakan salah
satu peninggalan pemerintah jepang dimana juga meninggalkan sebuah gua yang
kira – mencapai panjang sekitar 150 meter. Pembangunan ini dilaksanakan pada
tahun 1942 – 1945, sebenarnya pembangunan gua ini belum selesai dan juga gua
belum pernah dipakai jepang. Karena pada tahap penyelesaian akhir ternyata
jepang sudah menyerah pada sekutu dan setelah di proklamasikan oleh bung karno
bahwa Indonesia
merdeka dan semua aktifitas yang diperuntukan jepang dinyatakan dihentikan.
Maka pembangunan gua jepang pun dihentikan pada waktu itu juga meskipun tidak
sampai selesai. Serta para pekerja yang notabenya merupakan pekerja paksa pun
melakukan kegiatan yang lain untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan untuk
kebutuhan Indonesia
sendiri.
Lantas “apa yang menarik dengan
kedatangan Jepang di desa Promasan?”
B. Rumusan Masalah
Dalam
tulisan ini penulis mencoba membahas tentang beberapa permasalahan seperti:
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui sejarah perkembangan jepang di Indonesia di sector pembangunan.Indonesia .
D. Manfaat Penelitian
Manfaat
hendak dicapai dari penelitian ini adalah:
E. Metode Penelitian
Dalam
melaksanakan kegiatan penelitian sejarah digunakan langkah – langkah sebagai
berikut:
BAB
IIINDONESIA
A. Awal Kedatangan
Jepang ke Indonesia
Awal mula ekspansi Jepang ke Indonesia
didasari oleh kebutuhan Jepang akan minyak bumi untuk keperluan perang.
Menipisnya persediaan minyak bumi yang dimiliki oleh Jepang untuk keperluan
perang ditambah pula tekanan dari pihak Amerika yang melarang ekspor minyak
bumi ke Jepang. Langkah ini kemudian diikuti oleh Inggris dan Belanda. Keadaan
ini akhirnya mendorong Jepang mencari sumber minyak buminya sendiri.
Pada tanggal 1 Maret 1942, sebelum
matahari terbit, Jepang mulai mendarat di tiga tempat di Pulau Jawa, yaitu di
Banten, Indramayu, dan Rembang, masing-masing dengan kekuatan lebih kurang satu
divisi (DR. A. H. Nasution, 1977:84). Pada awalnya, misi utama pendaratan
Jepang adalah mencari bahan-bahan keperluan perang. Pendaratan ini nyatanya
disambut dengan antusias oleh rakyat Indonesia . Kedatangan Jepang
memberi harapan baru bagi rakyat Indonesia yang saat itu telah
menaruh kebencian terhadap pihak Belanda. Tidak adanya dukungan terhadap perang
gerilya yang dilakukan oleh Belanda dalam mempertahankan Pulau Jawa ikut
memudahkan pendaratan tentara Jepang. Melalui Indramayu, dengan cepat Jepang
berhasil merebut pangkalan udara Kalijati untuk dipersiapkan sebagai pangkaan
pesawat. Hingga akhirnya tanggal 9 Maret tahun Showa 17, upacara serah terima
kekuasaan dilakukan antara tentara Jepang dan Belanda di Kalijati.
Sikap Jepang pada awal kedatangannya
semakin menarik simpati rakyat Indonesia .
Dan kemenangan Jepang atas perang Pasifik digembor-gemborkan sebagai kemenangan
bersama, yaitu kemenangan bangsa Asia . Saat
tentara Jepang hendak mendarat di Indonesia, Pemerintah Jepang mengeluarkan
slogan-slogan : ”India untuk orang India, Birma untuk orang Birma, Siam untuk
orang Siam, Indonesia untuk orang Indonesia.” (Purbo S. Suwondo, 1996:12).
Jepang juga memberikan janji kemerdekaan “Indonesia
shorai dokuritsu”, dan membiarkan bendera Indonesia dikibarkan. Bahkan sebelum
Jepang mendarat di Pulau Jawa, siaran Tokyo
sering menyiarkan lagu kebangsaan Indonesia . Tindakan lain yang
dilakukan oleh Jepang adalah melakukan pelarangan terhadap penggunaan bahasa
Belanda. Sejak itulah bahasa Indonesia ikut berkembang dengan pesat. Keadaan
sebelum kedatangan Jepang juga dikisahkan sebagai berikut :Indonesia , menganjurkan supaya rakyat Indonesia
berontak, sebelum Jepang mendarat. Dalam propaganda itu mereka mengatakan
Jepang datang bukan untuk menjajah Indonesia
melainkan memerdekakan bangsa Indonesia .
(Johan Nur, 1988:14)
Pada Juli 1942, Soekarno menerima
tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang
juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno,
Mohammad Hatta, dan para Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943.
Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi,
tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang
tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami
siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan
kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda
merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.
Hanya di awal pendudukan, Jepang
bersikap baik. Setelah itu mereka sangat kejam. Makanan, pakaian, barang, dan
obat-obatan menghilang dari pasaran. Karena sulit pakaian, banyak rakyat
memakai celana terbuat dari karung goni. Sedangkan wanita menggunakan kain dari
karet yang panas menempel di tubuh. Hanya orang berada yang memiliki baju
seadanya. Yang paling menyedihkan, rakyat sulit mendapat obat-obatan. Termasuk
di rumah-rumah sakit. Mereka yang menderita koreng dan jumlahnya banyak sekali,
sulit mendapatkan salep. Terpaksa uang gobengan di gecek dan ditemplok ke
tempat yang sakit sebagai ganti perban.
Sepeda kala itu bannya terbuat dari
karet, atau ‘ban mati’. Di sekolah-sekolah buku tulis terbuat dari kertas
merang. Potlot dari arang, hingga sulit sekali menulis. Masa itu, banyak orang
berebut makanan bekas di bak-bak sampah. Bila ada mayat di jalan tidak lagi
mengagetkan. Jepang mengajarkan rakyat makan bekicot yang oleh orang Betawi
disebut ‘kiong racun’. Radio yang hanya dimiliki beberapa gelintir orang
disegel. Hanya boleh mendengarkan siaran pemerintah Dai Nippon. Ketahuan
menyetel siaran luar negeri dapat hukuman berat. Orang akan bergidik bila
mendengar Kempetai atau polisi militer Jepang.
Kekejeman Jepang itu disebut dengan
Romusha, istilah Jepang yang berarti pekerja paksa. Ratusan ribu tenaga kerja
romusha dikerahkan dari pulau Jawa ke luar Jawa, bahkan ke luar wilayah Indonesia .
Mereka diperlakukan tidak manusiawi sehingga banyak yang menolak jadi romusha.
Dan, Jepang pun menggunakan cara paksa: setiap kepala daerah harus
menginventarisasikan jumlah penduduk usia kerja, setelah mereka dipaksa jadi
romusha. Ribuan romusha dikerahkan ke medan
pertempuran Jepang di Irian, Sulawesi, Maluku , Malaysia , Thailand ,
Burma
dan beberapa negara lainnya. Banyak kisah-kisah sedih yang mereka alami di
hutan belukar, hidup dalam serba kekurangan dan di tengah ancaman bayonet.
Sampai kini masih banyak eks romusha korban PD II mengajukan klaim agar Jepang
membayar konpensasi gaji mereka yang tidak dibayar selama jadi romusha.
Pada mulanya, propaganda Jepang
kedengaran seperti perbaikan dibandingkan dengan pemerintahan Belanda. Setelah
itu, pasukan-pasukan Jepang mulai mencuri makanan dan menangkapi orang untuk
dijadikan pekerja paksa, sehngga pandangan bangsa Indonesia terhadap mereka mulai
berbalik.
Militer
Jepang membuat tiga kesalahan besar terhadap bangsa Indonesia :
1.
Kerja paksa: banyak laki-laki Indonesia
diambil dari tengah keluarga mereka dan dikirim hingga ke Burma untuk melakukan pekerjaan
pembangunan dan banyak pekerjaan berat lainnya dalam kondisi-kondisi yang
sangat buruk. Ribuan orang mati atau hilang.
2.
Pengambilan paksa: tentara-tentara Jepang dengan paksa mengambil makanan,
pakaian dan berbagai pasokan lainnya dari keluarga-keluarga Indonesia , tanpa memberikan ganti
rugi. Hal ini menyebabkan kelaparan dan penderitaan semasa perang.
3.
Perbudakan paksa terhadap perempuan: banyak perempuan Indonesia yang dijadikan “wanita
penghibur ” bagi tentara-tentara Jepang.Indonesia
dalam keadaan yang buruk pula.
Romusha (rÅmusha: “buruh”, “pekerja”)
adalah panggilan bagi orang-orang Indonesia yang dipekerjakan secara
paksa pada masa penjajahan Jepang di Indonesia dari tahun 1942 hingga 1945.
Kebanyakan romusha adalah petani atau buruh, dan sejak Oktober 1943 pihak
Jepang mewajibkan para petani atau Buruh menjadi romusha. Mereka dikirim untuk
bekerja di berbagai tempat di Indonesia
serta Asia Tenggara. Jumlah orang-orang yang menjadi romusha tidak diketahui
pasti – perkiraan yang ada bervariasi dari 4 hingga 10 juta.
Masuknya Jepang ke Indonesia , awalnya disambut gembira
oleh para pejuang kemerdekaan waktu itu. Jepang dianggap sebagai saudara,
sesama Asia yang membantu mengusir Kolonial
Belanda . Namun, sesaat setelah Jepang mendarat di Hindia Belanda
(Indonesia-saat ini), ternyata Jepang berbuat yang tak kalah licik dan
bengisnya. Jepang berupaya menghapus pengaruh kultural barat yang telah hinggap
di Hindi Belanda, dan yang kedua Jepang mengeruk sumber sumber kekayaan alam
startegi yang ada di tanah air kita. Pasokan sumber sumber alam ini digunakan
untuk membiayai perang Jepang dengan Sekutu di Asia Timur dan Pasifik.
Luasnya daerah pendudukan Jepang membuat
Jepang memerlukan tenaga kerja yang begitu besar. Tenaga kerja ini dibutuhkan
untuk membangun kubu pertahanan, lapangan udara darurat, gudang bawah tanah,
jalan raya dan jembatan. Tenaga tenaga kerja ini diambilkan dari penduduk Jawa
yang cukup padat. Para tenaga kerja ini
dipaksa yang popular di sebut denga Romusa. Jejaring tentara Jepang untuk
menjalankan romusha hingga ke desa desa. Setidaknya ada 300.000 tenaga romusha
yang dikirim ke berbagai negara di Asia Tenggara, 70.000 orang diantaranya dalam
kondisi menyedihkan da berakhir dengan kematian.
Romusa juga melibatkan tokoth tokoh
pergerakan waktu itu. Mereka dipaksa oleh Jepang untuk menjadi tenaga tenaga
paksa tersebut. Diantara para romusa yang berasal dari tokoh pergerakan adalah
Soekarno dan Otto Iskandardinata. Mereka berdua dipaksan tentara pendudukan
Jepang untuk membuat lapangan udara darurat.
Basis paparannya melihat praktik romusa
dan proyek proyeknya di Gunung – gunung juga termasuk gunung ungaran di semarang jawa tengah.
Namun pada saat yang sama, Jepang berhasil memanipulasi keberadaan romusa ini
ke dunia internasional. Untuk menyamarkan keberadaan romusa, Jepang memperhasul
istilah romusa dengan “pekerja ekonomi” atau pahlawan pekerja.
Pada pertengahan tahun 1943, para romusa
semakin di eksploitasi oleh Jepang. Karena kekalahan Jepang pada Perang
Pasifik, Romusa romusa ini digunakan sebagai tenaga swasembada untuk mendukung
perang secara langsung. Karena disetiap angkatan perang Jepang membutuhkan
tenaga tenaga kerja paksa ini untuk mengefisiensikan biaya perang Jepang. Pada
situasi seperti ini, permintaan terhadap romusa semakin tak terkendali.Indonesia berjalan dalam tempo dua
tahun. Bukanlah waktu yang pendek untuk menghasilkan penderitaan dan kematian
sebagaimana yang terungkap dalam data diatas. Barulah pada tahun 1945, Hindia
Belanda merdeka menjadi Indonesia ,
serta mengakhiri proyek dan impian kolonialisasi Jepang.
BAB
III
A. Sejarah Pembangunan
Gua Jepang oleh Romusha
Ketika berkuasa di Kepulauan Jawa antara
1942 hingga 1945, Jepang menjadikan Semarang
sebagai basis utama pertahanan mereka di jawa tengah. Semarang juga dipilih sebagai pangkalan utama
militer Jepang di Jawa tengah. Saat jepang menguasai kota
semarang para
militer jepang tidak berlatih di kawasan itu. Mereka memilih tempat latih
dikawasan perbukitan agar tidak diketahui oleh musuh. Antara lain tempat yang
di jadikan latihan adalah kawasan gunung ungaran. Di gunung inilah yang
kemudian dijadikan sebagai tempat strategi Jepang melakukan rekruitmen calon
calon romusa, pola tingkatan, serta alokasi tenaga kerja paksa ini. Basis
paparannya melihat praktik romusa dan proyek proyeknya di Gunung ungaran.
Sebelum dikuasai oleh militer jepang
gunung ungaran pada awalnya merupakan sebuah proyek agraria oleh belanda. Di
tempat itu sampai saat ini masih tertinggal sebuah kebun besar yaitu teh dan
kopi. Setelah militer jepang memukul mundur tentara belanda, kebun itu dikelola
jepang dan dikerjakan oleh pekerja paksa atau romusha. Kerena, selain
menjadikan gunung ungaran sebagai fasilitas militer, Jepang juga memperkenalkan
perkebunan dan pertanian kepada para romusha.
Seperti yang dipaparkan pada halaman
awal, kekejaman jepang pada romusha juga berlanjut disini. Setelah militer
jepang merasa terancam oleh serangan balik dari sekutu akibat perang dunia,
maka jepang memaksa para romusha untuk membuat tempat persembunyian. Saat
itulah atas perintah cuvu ditengah – tengah kebun teh dibuat sebuah gua yang
sampai saat ini masih keberadaannya.
Gua Jepang dikerjakan oleh Romusha,
tenaga kerja paksa, yang didatangkan Jepang dari negeri-negeri lain yang mereka
jajah, termasuk Indonesia .
Romusha lah yang menggali bukit – bukit dan membangun jaringan gua di bawah
perut bumi.
Karena menggunakan alat – alat yang
sederhana maka pembangunan gua ini memakan waktu yang sangat lama. Namun tidak
sampai selesai para romusha sudah berhenti dari pekerjaannya. Pada tahun 1945
setelah jepang menyerah pada sekutu tanpa syarat dan presiden soekarno
memproklamasikan kemerdekaan, maka pembangunan gua yang bertujuan untuk
kepentingan jepang dihentikan. Gua ini sebenarnya belum pernah terpakai sebagai
fungsinya karena pada saat Indonesia
menyatakan kemerdekaan paksukan militer jepang yang berada dikawasan itu semua
menarik mundur dan membebaskan para romusha.
B. Struktur dan Fungsi
Gua Jepang
Struktur gua ini tidaklah selengkap
dengan gua – gua yang ada di Indonesia
lainya. Pembangunan yang dikerjakan oleh romusha hanya memakai peralatan yang
sederhana sehingga menghasilkan sebuah bangunan yang sederhana pula. Walau
begitu bagian dalam gua sudah terstruktur dengan baik. Tempatnya yang
diperbukitan juga mempengaruhi susunan baik dalam maupun luar. Model dalam gua
hampir menyerupai bangunan yang dipondasi oleh bata dan semen. Namun gua ini
sama sekali tidak mengandung unsur beton, semua ruang yang ada dalam gua
hanyalah galian hasil dari romusha yang dipekerjakan oleh pemerintah jepang.
Gua Jepang berupa lorong panjang sekitar
150 meter. Terdapat ruangan-ruangan (kamar-kamar) di sisi kanan dan kiri
lorong. Gua ini memiliki 2 buah pintu masuk yang juga berfungsi sebagai
ventilasi udara. Gua ini memiliki model pintu masuk dan pintu keluar yang
menyempit serta didalamnya terdapat 26 kamar, 1 lorong, 2 ventilasi. Dan selalu
ada tempat penjagaan pada setiap ujung gua. Gua Jepang bercirikan atap, lantai
dan mulut gua masih berupa tanah dibanding gua buatan Belanda biasanya seluruh dindingnya
berlapis beton.
C. Hubungan Masyarakat
dan Keadaan Gua Jepang
Masyarakat merupakan suatu aktifitas
sosial yang mempunyai dasar – dasar fenomenal. Pada masyarakat sekitar gua
jepang atau didesa promasan kabupaten Kendal mempunyai hubungan yang tidak
dapat di pandang rendah. Kepedulian sosial terhadap keadaan geografis dan
keadaan historis gua jepang memiliki suatu kepentingan bagi masyarakat
tersebut.
Karena letaknya yang dipegunungan gua
jepang sering dikunjungi hanya sebagai tempat wisata sederhana. Untuk
masyarakat sendiri hanya menganggap suatu peninggalan yang biasa saja. Hal ini
terjadi karena melihat lokasi gua sendiri yang berada dilereng gunung ungaran. Selain
tidak dipedulikan gua ini juga kurang diminati sebagai obyek wisata utama.
Dapat dilihat dari keadaan disekitarnya yang dari obyek pendakian kepuncak
gunung ungaran dan juga obyek wisata kebun teh. Jadi mereka mengutamakan
wisatanya ke dua tempat tersebut. Para wisata
sebagian besar merupakan para pecinta alam, mereka kurang mempunyai kepedulian
terhadap obyek sejarah. Jadi dapat dikatakan, hubungan masyarakat sekitar dan
masyarakat pendatang kurang mempunyai kepedulian terhadap gua peninggalan romusha.
Keadaan gua sekarang masih dalam keadaan
yang seperti semula atau bisa dikatakan masih dalam keadaan yang baik. Dilihat
dari dalam, gua yang mempunyai ketinggian setinggi manusia umum masih dapat
terlihat aslinya yaitu hasil galian – galian para romusha pada masa lalu. Namun
karena kurang kepedulianya masyarakat setempat gua ini tidak mempunyai kesan
yang menarik. keadaan yang sebenarnya pada gua jepang ini masih mempunyai nilai
historis tinggi. Melihat pada sisi sosial juga bisa dikatakan bahwa gua jepang
ini mempunyai daya kegunaan tersendiri. Masyarakat sekitar menganggap bahwa gua
itu sacral, setiap bulan masyarakat setempat mengadakan upacara pada gua
tersebut.Indonesia
sampai kurangnya kepedulian untuk mengerti sejarah mengenai gua jepang itu.
Ketiga, karena berada di tengah – tengah sebuah kebun teh maka gua ini tidak
mempunyai peran lebih tinggi yang dapat menarik wisatawan untuk mengerti
tentang sisi historisnya. Wisatawa sebagian besar menikmati pemandangan indah
di sebuah kebun teh tersebut
BAB
IV
Kesimpulan
DAFTAR
PUSTAKA
DR. A. H. Nasution. 1977.
Sekitar Perang Kemerdekaan Jilid 1. Bandung :
Angkasa.Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.Jakarta :
ANRI.
0 komentar:
Posting Komentar