Kupinang Engkau
dengan Hamdalah
akan tetapi tidak mudah bagi saya
untuk dengan tepat menjawabnya. Saat
itu akhwat kita ini mengajukan
pertanyaan retoris, pertanyaan yang
seolah-olah tidak membutuhkan
jawaban, akan tetapi sekarang saya bisa merasakan
bahwa ada hal yang diam-diam
menjadi masalah. Saya bisa merasakan, ada sesuatu
yang sedang berlangsung namun
tidak banyak terungkap karena berbagai sebab.
Ketika itu, akhwat tersebut
mengajukan pertanyaan yang pada intinya adalah:
“Apa yang menghalangi
ikhwan-ikhwan itu meminang seorang akhwat? Mengapa
ikhwan banyak yang egois, hanya
memikirkan dirinya sendiri?”
“Sesungguhnya,” kata akhwat
tersebut, “banyak akhwat yang siap.”
Akhwat itu bertanya bukan untuk
dirinya. Telah beberapa bulan ia menikah.
Ketika mempertanyakan masalah itu
kepada saya, ia didampingi suaminya. Ia
bertanya untuk mewakili “suara
hati” (barangkali demikian) akhwat-akhwat lain yang
belum menikah. Sementara usia
semakin bertambah, ada kegelisahan dan kadangkadang
kekhawatiran kalau mereka justru
dinikahkan oleh orangtuanya dengan lakilaki
yang tidak baik agamanya.
Pertanyaan akhwat itu serupa
dengan pertanyaan Rasulullah al-ma’shum. Beliau
yang mulia pernah bertanya, “Apa
yang menghalangi seorang mukmin untuk
mempersunting istri?
Mudah-mudahan Allah mengaruniainya keturunan yang
memberi bobot kepada bumi dengan
kalimat laa ilaaha illaLlah.”
Apa yang menghalangi kita untuk
menikah? Kenapa kita merasa berat untuk
meminang seorang akhwat secara
baik-baik dengan mendatangi keluarganya? Apa
Kado
Pernikahan 2
yang menyebabkan sebagian dari
kita merasa terhalang langkahnya untuk
mempersunting seorang gadis
muslimah yang baik-baik sebagai istri, sementara
keinginan ke arah sana seringkali
sudah terlontarkan. Sementara kekhawatiran jatuh
kepada maksiat sudah mulai
menguat. Sementara ketika “maksiat-maksiat kecil” (atau
yang kita anggap kecil) sempat
berlangsung, ada kecemasan kalau-kalau
keterlambatan menikah membuat kita
jatuh kepada maksiat yang lebih besar.
Saya teringat kepada burdah,
syair karya Al-Bushiri. Di dalamnya ada beberapa
bait sindiran mengenai saya dan
Anda:
Siapakah itu
yang sanggup
kendalikan hawa nafsu
seperti kuda
liar
yang dikekang
temali kuat?
Jangan kau
berangan
dengan maksiat
nafsu dikalahkan
maksiat itu
makanan
yang bikin nafsu
buas dan kejam
Sungguh, hampir saja kaki kita
tergelincir kepada maksiat-maksiat besar kalau
Allah tidak menyelamatkan kita.
Dan kita bisa benar-benar memasukinya
(na’udzubillahi
min dzalik tsumma na’udzubillahi min dzalik) kalau kita tidak segera
meniatkan untuk menjaga kesucian
kemaluan kita dengan menikah. Awalnya
menumbuhkan niat yang
sungguh-sungguh untuk suatu saat menghalalkan pandangan
mata dengan akad nikah yang sah.
Mudah-mudahan Allah menolong kita dan tidak
mematikan kita dalam keadaan
masih membujang.
Rasulullah Muhammad Saw. pernah
mengingatkan:
“Orang meninggal di antara kalian
yang berada dalam kehinaan adalah
bujangan.”
Rasulullah Saw. juga mengingatkan
bahwa, “Sebagian besar penghuni neraka
adalah orang-orang bujangan.”
Seorang laki-laki yang membujang
harus menanggung beban syahwat yang
sangat berat. Apalagi pada masa
seperti sekarang ini ketika hampir segala hal
memanfaatkan gejolak syahwat
untuk mencapai keinginan. Perusahaan-perusaan obat
memanfaatkan gambar-gambar wanita
untuk menarik pembeli. Perusahaan-perusaan
rokok juga memanfaatkan
gadis-gadis muda yang seronok untuk mempromosikan rokoknya
di stasiun-stasiun dengan
merelakan diri mengambilkan sebatang rokok
sekaligus menyalakan apinya ke
laki-laki yang sedang lengah ataupun sengaja
Kado
Pernikahan 3
“melengahkan” diri. Saya pernah
menyaksikan kejadian semacam ini di stasiun Tugu,
Yogyakarta sekitar bulan Juli
tahun 1996 yang lalu.
Tidak sekedar sampai di situ,
acara-acara TV, radio bahkan artikel-artikel
kesehatan dan olahraga di koran
dimanfaatkan untuk mengekspos rangsang
pornografis demi meningkatkan
oplah. Kadang malah acara-acara keislaman yang
diselenggarakan organisasi
keislaman, tanpa sadar tergelincir untuk untuk ikut
memanfaatkan hal-hal semacam ini
lantaran ikut-ikutan dengan prosedur protokoler
di TV.
Maka, tak semua dapat menahan
pikiran dan angan-angannya. Saya sering
mendengarkan “keluhan” teman
laki-laki yang seusia dengan saya mengenai pikiranpikiran
dan angan-angan mereka tentang
pernikahan atau mengenai harapannya
terhadap seorang gadis.
Dorongan-dorongan alamiah untuk mempunyai teman hidup
yang khusus ini telah menyita
konsentrasi. Daya serap terhadap ilmu tidak tajam.
Apalagi untuk shalat, sulit
merasakan kekhusyukan. Ketika mengucapkan iyyaKa
na’budu wa
iyyaKa nasta’in yang
muncul bukan kesadaran mengenai kebesaran
Allah yang patut disembah,
melainkan bayangan-bayangan kalau suatu saat telah
menikah. Malah, sebagian
membayangkan pertemuan-pertemuan.
Shalat orang yang masih belum
menikah memang sulit mencapai kekhusyukan,
apalagi memberi bekas dalam
akhlak sehari-hari. Barangkali itu sebabnya Rasulullah
Muhammad Saw. menyatakan, “Shalat
dua rakaat yang didirikan oleh orang yang
menikah lebih
baik dari shalat malam dan berpuasa pada siang harinya yang
dilakukan oleh
seorang lelaki bujangan.”
Maka, bagaimana seorang yang
masih membujang dapat mengejar derajat orangorang
yang sudah menikah, kalau shalat
malam yang disertai puasa di siang hari saja
tak bisa disejajarkan dengan
derajat shalat dua rakaat mereka yang telah didampingi
istri. Padahal mereka yang telah
mencapai ketenangan batin, penyejuk mata dan
ketenteraman jiwa dengan seorang
istri yang sangat besar cintanya, bisa jadi
melakukan shalat sunnah yang jauh
lebih banyak dibandingkan yang belum menikah.
Maka, apa yang bisa mengangkat
seorang bujangan kepada kemuliaan di akhirat?
Alhasil, membujang rasanya lebih
dekat dengan kehinaan, sekalipun jenggot
yang lebat telah membungkus
kefasihan mengucapkan dalil-dalil suci Al-Qur’an dan
Al-Hadis. Benarlah apa yang
disabdakan oleh Rasulullah, “Orang meninggal di
antara kalian
yang berada dalam kehinaan adalah bujangan.” Bujangan. Tanpa
seorang pendamping yang dapat
membantunya bertakwa kepada Allah, hati dapat
terombang-ambing oleh gharizah
(instink) untuk memenuhi panggilan biologis, oleh
kerinduan untuk mempunyai sahabat
khusus yang hanya kepadanya kita bisa
menceritakan sisi-sisi hati yang
paling sakral, serta oleh panjangnya angan-angan
yang sulit sekali memangkasnya.
Dalam keadaan demikian, agaknya sedikit sekali
yang sempat merasakan khusyuknya
shalat dan tenangnya hati karena zikir. Dalam
keadaan demikian, kita bisa
disibukkan oleh maksiat yang terus-menerus. Sesekali
dapat melepaskan diri dari
maksiat memandang wanita ajnabi (bukan muhrim), tetapi
Kado
Pernikahan 4
masuk kepada maksiat lainnya.
Pikiran disibukkan oleh hal-hal yang kurang maslahat,
sedang mulut mengucapkan
kalimat-kalimat yang memiriskan hati.
Di saat seperti ini, kita dapat
merenungkan sekali lagi peringatan Rasulullah
Muhammad yang terjaga. Dalam
sebuah hadis yang berasal dari Abu Dzar r.a.,
Rasulullah Saw. menegaskan:
“Orang yang
paling buruk di antara kalian ialah yang melajang (membujang),
dan
seburuk-buruk mayat (di antara) kalian ialah yang melajang (membujang).”
(HR Imam Ahmad
dalam Musnadnya, diriwayatkan juga oleh Abu Ya’la dari
Athiyyah bin
Yasar. Hadis ini dha'if, begitu 'Abdul Hakim 'Abdats
menjelaskan).
Semoga Allah ‘Azza wa Jalla melindungi
kita dari kematian dalam keadaan
membujang, sementara niat yang
sungguh-sungguh untuk segera melangsungkan
pernikahan, belum tumbuh. Semoga
Allah Swt. menolong mereka yang telah
mempunyai niat. Kalau belum lurus
niatnya, mudah-mudahan Allah mensucikan niat
dan prasangkanya. Kalau telah
kuat tekadnya (‘azzam), semoga Allah menyegerakan
terlaksananya pernikahan yang barakah
dan dipenuhi ridha-Nya. Kalau mereka masih
terhalang, mudah-mudahan Allah
melapangkan dan kelak memberikan keturunan
yang memberi bobot kepada bumi
dengan kalimat laa ilaha illaLlah.
Saya teringat, terhadap hal-hal
yang sangat dikecam dan diberikan peringatan
mengenai bahayanya, biasanya
Islam memberikan penghormatan yang tinggi untuk
hal-hal yang merupakan
kebalikannya. Kalau membujang sangat tidak disukai, kita
mendapati bahwa menikah
mendekatkan manusia kepada surga-Nya. Ketika
dikabarkan kepada kita bahwa
kebanyakan penghuni neraka adalah bujangan, kita
banyak mendapati di dalam hadis
tentang kemuliaan akhirat dan bahkan keindahan
hidup di dunia yang insya-Allah
akan didapatkan melalui pernikahan. Seorang yang
menikah, berarti menyelamatkan
setengah dari agamanya. Bahkan, bagi seorang
remaja, menikah berarti
menyelamatkan dua pertiga dari agamanya.
Kita menjumpai hadis yang
memberikan pertanyaan retoris sebagai sindiran,
“Apa yang menghalangi seorang
mukmin untuk mempersunting istri? Mudahmudahan
Allah mengaruniainya keturunan
yang memberi bobot kepada bumi dengan
kalimat laa ilaha illaLlah.”
Maka kita juga menjumpai hadis-hadis yang
menjaminkan kepada kita yang
ingin menikah demi menjaga kehormatan dan
kesucian farjinya.
Dari Abu Hurairah r.a.,
Rasulullah Saw. bersabda, “Tiga orang yang akan selalu
diberi pertolongan
oleh Allah adalah seorang mujahid yang selalu memperjuangkan
agama Allah Swt., seorang
penulis yang selalu memberi penawar, dan seorang yang
menikah untuk
menjaga kehormatannya.” (HR. Thabrani)
Dalam hadis lain dalam derajat
shahih, Rasulullah Saw. bersabda:
“Tiga golongan orang yang pasti
mendapat pertolongan Allah, yaitu budak
mukatab yang bermaksud
untuk melunasi perjanjiannya, orang yang menikah dengan
Kado
Pernikahan 5
maksud memelihara kehormatannya,
dan orang yang berjihad di jalan Allah.” (HR
Turmudzi,
An-Nasa’i, Al-Hakim dan Daruquthni).
Masih ada hadis senada. Namun
demikian, ada baiknya kalau kita alihkan
perhatian sejenak kepada
peringatan yang disampaikan oleh Rasulullah, “Bukan
termasuk
golonganku orang yang merasa khawatir akan terkungkung hidupnya
karena menikah
kemudian ia tidak menikah.” (HR Thabrani).
Mudah-mudahan kita termasuk
orang-orang yang memiliki keyakinan. Tanpa
keyakinan, ilmu akan kosong
maknanya.
Kupinang Engkau
dengan Hamdalah
Banyak jalan yang mengantarkan
orang kepada peminangan dan pernikahan.
Banyak sebab yang mendekatkan dua
orang yang semula saling jauh menjadi suamiistri
yang penuh barakah dan
diridhai Allah. Tapi sekarang bukan saatnya untuk
membicarakan masalah ini. Insya-Allah
lain kali saya akan membicarakan dalam
buku tersendiri.
Sekarang, ketika niat sudah
mantap dan tekad sudah bulat, marilah
mempersiapkan hati untuk
melangkah ke peminangan.
Mendahului
dengan Hamdalah
Segala puji bagi Allah yang telah
memberikan kekuatan pada Anda menghadap
orangtua seorang wanita untuk
melakukan peminangan. Setelah perkenalan dan
percakapan sejenak dengan
keluarga akhwat yang akan dipinang, sekarang marilah
kita mendengarkan nasehat Imam
Nawawi.
Orang yang meminang, kata Imam
Nawawi dalam Al-Adzkaarun Nawawiyyah,
disunnahkan untuk memulai dengan
membaca hamdalah dan shalawat untuk Rasul
Saw. Ustadz Abdul Hamid Kisyik
dalam bukunya Bimbingan Islam untuk Mencapai
Keluarga Sakinah (Al-Bayan, 1995)
mengingatkan kembali. Dianjurkan, kata Hamid
Kisyik, memulai lamaran dengan
hamdalah dan pujian lainnya kepada Allah Swt.
serta shalawat kepada Rasul-Nya.
Pinanglah ia dengan mengucapkan, “Alhamdulillahi
rabbil ‘alamin. Allahumma
shalli ‘aala
Muhammad wa ‘alaa ali Muhammad.”
Kalau ingin menggunakan shalawat
lain, silakan. Ada berbagai ucapan shalawat
yang dibenarkan oleh As-Sunnah.
Ada shalawat yang panjang, meliputi Rasulullah,
istri-istri beliau serta
keluarganya. Tetapi shalawat yang pendek juga tidak apa-apa.
Hanya saja, sebaiknya shalawat tidak
dipenggal hanya sampai kepada Rasulullah saja.
Ucapkanlah shalawat minimal untuk
Rasulullah beserta ‘aal beliau Saww. Semoga
yang demikian ini menjadikan
peminangan Anda barakah.
Kado
Pernikahan 6
Sesudah itu, ucapkan:
Khat Arab
“Aku bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-
Nya, dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Aku datang
pada kalian
untuk mengungkapkan keinginan kami melamar putri kalian --Fulanah
binti Fulan --
atau janda kalian --Fulanah binti Fulan."
Atau kalimat lain yang semakna.
Kami, kata Imam Nawawi
selanjutnya, di dalam kitab Sunan Abu Daud, Sunan
Ibnu Majah, dan yang lainnya
meriwayatkan melalui Abu Hurairah r. a. yang
menceritakan bahwa Rasulullah
Saw. pernah bersabda:
“Setiap perkataan --menurut
riwayat yang lain setiap perkara-- yang tidak
dimulai dengan bacaan hamdalah,
maka hal itu sedikit barakahnya --menurut riwayat
yang lain terputus dari kebarakahannya.”
(HR Abu Daud, Ibnu Majah dan Imam
Ahmad, hasan).
Pada sebuah kumpulan hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Daud dan Abu
Hurairah, kata Ustadz Abdul Hamid
Kisyik, dari Abu Hurairah r.a., Nabi Saw.
bersabda, “Setiap lamaran yang
tidak ada syahadat di dalamnya seperti tangan
yang tidak
membawa berkah.”
Setelah pinangan kita sampaikan,
biarlah pihak keluarga wanita dan wanita yang
bersangkutan untuk
mempertimbangkan. Sebagian memberikan jawaban dengan
segera, sebelum kaki bergeser
dari tempat berpijaknya, sebab pernikahan
mendekatkan kepada keselaman
akhirat, sedang calon yang datang sudah diketahui
akhlaknya. Sebagian memerlukan
waktu yang cukup lama untuk bisa memberi kepastian
apakah pinangan ditolak atau
diterima, karena pernikahan bukanlah untuk
sehari dua hari saja.
Apapun, serahkan kepada keluarga
wanita untuk memutuskan. Mereka yang
lebih tahu keputusan apa yang
terbaik bagi anaknya. Cukuplah Anda memegangi
husnuzhan Anda kepada
mereka. Bukankah ketika Anda meminang seorang wanita
berarti Anda mempercayai wanita
yang Anda harapkan beserta keluarganya?
Keputusan apa pun yang mereka
berikan, sepanjang didasarkan atas musyawarah
yang lurus, adalah baik dan
insya-Allah memberi akibat yang baik bagi Anda. Tidak
kecewa orang yang istikharah dan
tidak merugi orang yang musyawarah. Maka, apa
pun hasil musyawarah sepanjang
dilakukan dengan baik, akan membuahkan
kebaikan. Sebuah keputusan tidak
bisa disebut buruk atau negatif, jika memang
Kado
Pernikahan 7
didasarkan pada musyawarah yang
memenuhi syarat, hanya karena tidak memberi
kesempatan kepada Anda untuk
menjadi anggota keluarga mereka. Jika niat Anda
memang untuk silaturrahmi,
bukankah masih tersedia banyak peluang lain untuk itu?
Anda telah meminangnya dengan
hamdalah. Anda telah dimampukan datang
oleh Allah yang Maha Besar.
Dia-lah Yang Maha Lebih Besar. Semua yang lain
adalah kecil. Apalagi kita. Kita
cuma manusia. Manusia adalah makhluk yang ke
mana pun mereka pergi, selalu
membawa wadah kotoran yang busuk baunya.
Kita ini kecil. Anda juga kecil.
Saya apalagi.
Lalu, apa alasan kita untuk
merasa besar kalau tidak ada yang takabur kepada
kita? Apakah karena Anda merasa
hanya mencari ridha Allah, padahal ketika memutuskan
pun mereka berniat mencari ridha
Allah?
Ada pelajaran yang sangat
berharga dari Bilal bin Rabah, muadzin kecintaan
Rasulullah Saw. tentang meminang.
Ketika ia bersama Abu Ruwaihah menghadap
Kabilah Khaulan, Bilal
mengemukakan:
“Saya ini Bilal, dan ini
saudaraku. Kami datang untuk meminang. Dahulu kami
berada dalam kesesatan kemudian
Allah memberi petunjuk. Dahulu kami budakbudak
belian, kemudian Allah
memerdekakan...,” kata Bilal.
Kemudian ia melanjutkan, “Jika
pinangan kami Anda terima, kami panjatkan
ucapan Alhamdulillah.
Segala puji bagi Allah. Dan kalau Anda menolak, maka kami
mengucapkan Allahu Akbar.
Allah Maha Besar.”
Menurut pandangan Bilal, jika
pinangan diterima, maka hanya Allah yang
berhak dan layak dipuji. Alhamdulillahi
rabbil ‘alamin. Segala puji bagi Allah Tuhan
seru sekalian alam. Pujian dalam
segala bentuknya. Peminangan pun insya-Allah
merupakan sebentuk pujian
kepada-Nya dengan menjaga kehormatan atas apa yang
dikaruniakan kepada kita. Adapun
kalau pinangan ditolak, kita ingat bahwa yang
besar dan seharusnya besar di
mata dan hati kita adalah Allah ‘Azza wa Jalla.
Peminangan adalah salah satu
bentuk ikhtiar untuk mengagungkan Allah. Kita
mengagungkan Allah dengan
berusaha menghalalkan karunia kecintaan kepada lawan
jenis melalui ikatan pernikahan
yang oleh Allah disebut mitsaqan-ghalizha
(perjanjian yang sangat berat).
Maka, kalau pinangan yang Anda
sampaikan ditolak, agungkan Allah. Semoga
kita tetap berbaik sangka kepada
Allah. Kita tetap berprasangka baik. Sebab, bisa jadi,
penolakan justru merupakan jalan
pensucian jiwa dari kezaliman-kezaliman diri kita
sendiri. Boleh jadi penolakan merupakan
proses untuk mencapai kematangan,
kemantapan, dan kejernihan niat,
mengingat bahwa ada banyak hal yang dapat
menyebabkan terkotorinya niat.
Bisa jadi Allah hendak mengangkat derajat Anda,
kecuali jika justru Anda
merendahkan diri sendiri. Tapi kita juga perlu memeriksa
hati, jangan-jangan perasaan itu
muncul karena ‘ujub (kagum pada diri sendiri).
Penolakan bisa saja merupakan “metode
Allah” untuk meluruskan niat dan
orientasi Anda.
Kado
Pernikahan 8
Kekecewaan mungkin saja timbul.
Barangkali ada yang merasa perih, barangkali
juga ada yang merasa kehilangan
rasa percaya diri ketika itu. Dan ini merupakan
reaksi psikis yang wajar,
sehingga saya juga tidak ingin mengatakan, “Tidak usah
kecewa. Anggap saja tidak ada
apa-apa.”
Kecewa adalah perasaan yang
manusiawi. Tetapi ia harus diperlakukan dengan
cara yang tepat agar ia tidak
menggelincirkan kita ke jurang kenistaan yang sangat
jelas.
Rasulullah Saw. mengajarkan, “Ada
tiga perkara yang tidak seorang pun dapat
terlepas darinya, yaitu
prasangka, rasa sial, dan dengki. Dan aku akan memberikan
jalan keluar bagimu dari semua
itu, yaitu apabila timbul pada dirimu prasangka,
janganlah dinyatakan; dan bila
timbul di hatimu rasa kecewa, jangan cepat
dienyahkan; dan bila timbul di
hatimu dengki, janganlah diperturutkan.”
Kekecewaan memang pahit. Orang
sering tidak tahan menanggung rasa kecewa.
Mereka berusaha membuang
jauh-jauh sumber kekecewaan. Mereka berusaha
memendam dalam-dalam atau segera
menutupi rapat-rapat dengan menjauh dari
sumber kekecewaan. Repress,
istilah psikologinya. Sekilas tampak tak ada masalah,
tetapi setiap saat berada dalam
kondisi rawan. Perasaan itu mudah bangkit lagi
dengan rasa sakit yang lebih
perih. Dan yang demikian ini tidak dikehendaki Islam.
Islam menghendaki kekecewaan itu
menghilang pelan-pelan secara wajar,
sehingga kita bisa mengambil
jarak dari sumber kekecewaan sehingga tidak
kehilangan obyektivitas dan kejernihan
hati. Kalau kita bisa mengambil jarak, kita
tidak lingsem, tidak
terjerembab dalam subjektivisme yang berlebihan. Kita menjadi
lebih tegar, meskipun untuk
menghapus rasa kecewa dengan cara itu dibutuhkan
proses yang lebih lama jika
dibandingkan dengan cara me-repress-nya.
Kalau Anda ternyata mengalami
rasa kecewa, periksalah niat-niat Anda. Di balik
yang Anda anggap baik, mungkin
ada niat-niat yang tidak lurus. Periksalah motifmotif
yang melintas-lintas dalam batin
Anda selama peminangan hingga saat-saat
menunggu jawaban. Kemudian
biarkan hati Anda berproses secara wajar sampai
menemukan kembali ketenangannya
secara mantap.
Perahu telah berlayar. Ketika
angin bertiup kencang, matikan mesin. Inilah
tawakkal, begitu seorang guru
pernah menasehati “murid”-nya.
Tetapi, kalau jawaban yang
diberikan oleh keluarga wanita sesuai dengan
harapan Anda, berbahagialah
sejenak. Bersyukurlah. Insya-Allah kesendirian yang
Anda alami dengan menanggung rasa
sepi, sebentar lagi akan berganti dengan canda
dan keramahan istri yang setia
mendampingi. Wajahnya yang ramah dan teduh, insya-
Allah akan menghapus kepenatan
Anda selama berada di luar rumah. Insya-Allah,
sebentar lagi.
Tunggulah beberapa saat. Setelah
tiba masanya, halal bagi Anda untuk
melakukan apa saja yang menjadi
hak Anda bersamanya. Setelah tiba masanya, halal
bagi Anda untuk merasakan
kehangatan cintanya. Kehangatan cinta wanita yang telah
Kado
Pernikahan 9
mempercayakan kesetiaannya kepada
Anda. Setelah tiba masanya, halal bagi Anda
untuk menemukan pangkuannya
ketika Anda risau.
Tetapi, tunggulah beberapa saat.
Sebentar lagi. Selama menunggu, ada
kesempatan untuk menata hati.
Melalui pernikahan, Allah memberikan banyak
keindahan dan kemuliaan. Ada
amanah apa di baliknya?
---
... jika sikap
menawarkan diri
dilakukan dengan
ketinggian sopan-santun,
tidak akan
menimbulkan akibat kecuali yang maslahat.
Seorang
laki-laki yang memiliki pengetahuan mendalam
pasti akan
meninggikan penghormatan
terhadap
mujahadah saudaranya.
Tidak akan
merendahkan
wanita yang
menjaga kehormatannya seperti ini,
kecuali
laki-laki yang rendah dan tidak memiliki kehormatan ....
---
Wanita Boleh
Menawarkan Diri
Ada empat wanita yang mulia di
surga, salah satunya adalah Khadijah bin
Khuwailid. Kelak dari rahimnya
yang suci, lahir salah seorang wanita utama lainnya,
yaitu Fathimah az-Zahra. Keduanya
adalah orang yang paling dicintai Rasulullah
Muhammad Saw. Yang pertama adalah
istri beliau, sedang yang kedua adalah ummu
abiha (ibu yang
melahirkan bapaknya). Begitu Rasulullah menjuluki.
Sangat besar rasa cinta
Rasulullah kepada Khadijah. Sampai-sampai Aisyah, istri
Nabi yang paling dicintai di
antara istri-istri lain sesudah Khadijah, merasa sangat
cemburu. Shahih Bukhari dan Shahih
Muslim menceritakan bahwa Aisyah
mengatakan, “Tidak pernah aku
merasa cemburu kepada seorang pun dari istri-istri
Rasulullah seperti kecemburuanku
terhadap Khadijah. Padahal aku tidak pernah
melihatnya. Tetapi Rasulullah
seringkali menyebut-nyebutnya. Jika ia memotong
seekor kambing, ia potong-potong
dagingnya, dan mengirimkannya kepada sahabatsahabat
Khadijah.
Maka aku pun berkata kepadanya, ‘Sepertinya
tidak ada wanita lain di dunia ini
selain Khadijah...!’
Maka berkatalah Rasulullah, ‘Ya,
begitulah ia, dan darinyalah aku mendapat
anak.’“
Kado
Pernikahan 10
Dalam suatu riwayat dikisahkan,
suatu saat Aisyah merasa cemburu, lalu berkata,
“Bukankah ia hanya seorang wanita
tua dan Allah telah memberi gantinya untukmu
yang lebih baik daripadanya? Maka
beliau pun marah sampai berguncang rambut
depannya. Lalu beliau berkata, ‘Demi
Allah! Ia tidak memberikan ganti untukku yang
lebih baik
daripadanya. Khadijah telah beriman kepadaku ketika orang-orang
masih kufur, ia
membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, ia memberikan
hartanya
kepadaku ketika manusia yang lain tidak mau memberiku, dan Allah
memberikan
kepadaku anak darinya dan tidak memberiku anak dari yang lain.’
Maka aku berkata dalam hati, “Demi
Allah, aku tidak akan lagi menyebut
Khadijah dengan sesuatu yang
buruk selama-lamanya.”
Pernikahan Khadijah dengan
Rasulullah Saw. adalah yang paling indah dan
penuh barakah. Pernikahan yang
seagung ini justru berawal dari inisiatif Khadijah. Ia
mengusulkan pernikahan kepada
Muhammad Saw., menurut riwayat, dengan mahar
yang berasal dari hartanya.
Ia menolak menikah dengan
raja-raja, para bangsawan, dan para hartawan yang
meminangnya, tetapi ia lebih
menyukai Muhammad yang miskin dan yatim. Ia
mencari suami yang agung, kuat,
berkepribadian tinggi, dan berjiwa bersih. Dan itu
ada pada Muhammad. Ia terkesan
dengan Muhammad.
Ketika hatinya terpikat betul, ia
meminta Maisarah yang menjadi pembantu
dekatnya untuk memperhatikan
gerak-gerik dan tingkah-laku Muhammad dari dekat.
Laporan Maisarah kelak mendorong
Khadijah menawarkan dirinya kepada beliau.
Khadijah mengungkapkan kepada
Muhammad, “Wahai Muhammad, aku senang
kepadamu karena kekerabatanmu
dengan aku, kemuliaanmu dan pengaruhmu di
tengah-tengah kaummu, sifat
amanahmu di mata mereka, kebagusan akhlakmu, dan
kejujuran bicaramu.”
Setelah melalui proses peminangan
yang agung, Khadijah kemudian menikah
dengan Muhammad. Abu Thalib
menyampaikan khotbah nikah mewakili pihak
pengantin laki-laki. Sedang pihak
pengantin perempuan diwakili oleh Waraqah bin
Naufal dengan khotbah yang fasih
dan memikat. Kelak, Allah mengaruniakan
keturunan, salah satunya wanita
agung Fathimah Az-Zahra.
Menikah merupakan sunnah yang
diagungkan oleh Allah. Al-Qur’an menyebut
pernikahan sebagai mitsaqan-ghalizha
(perjanjian yang sangat berat). Mitsaqanghalizha
adalah nama dari perjanjian yang
paling kuat dihadapan Allah. Hanya tiga
kali Al-Qur’an menyebut mitsaqan-ghalizha.
Hanya untuk tiga perjanjian Allah
memberi nama mitsaqan-ghalizha.
Dua perjanjian berkenaan dengan tauhid, yaitu
perjanjian Allah dengan Bani
Israel yang untuk itu Allah mengangkat bukit Thursina
ketika mengambil sumpah. Sedang
yang lain adalah perjanjian Allah dengan para
Nabi ulul-azmi, Nabi yang
paling utama di antara para Nabi. Dan, pernikahan
termasuk perjanjian yang oleh
Allah digolongkan sebagai mitsaqan-ghalizha. Allah
menjadi saksi ketika seseorang
melakukan akad nikah. Wallahua’lam bishawab.
Kado
Pernikahan 11
Setiap jalan menuju mitsaqan-ghalizha
dimuliakan oleh Allah. Islam
memberikan penghormatan yang suci
kepada niat dan ikhtiar untuk menikah. Nikah
adalah masalah kehormatan agama,
bukan sekedar legalisasi penyaluran kebutuhan
biologis dengan lawan jenis.
Islam memperbolehkan kaum wanita untuk menawarkan
dirinya kepada laki-laki yang
berbudi luhur, yang ia yakini kekuatan agamanya, dan
kejujuran amanahnya menjadi
suaminya. Dan Khadijah adalah teladan pertama bagi
wanita yang bermaksud untuk
menawarkan diri.
Sikap menawarkan diri menunjukkan
ketinggian akhlak dan kesungguhan untuk
mensucikan diri. Sikap ini lebih
dekat kepada ridha Allah dan untuk mendapatkan
pahala-Nya. Yakinlah, Allah pasti
akan mencatatnya sebagai kemuliaan dan
mujahadah (perjuangan) suci.
Tidak peduli tawarannya itu diterima atau ditolak,
terutama kalau ia tidak memiliki
seorang wali. Demikian saya mencatat dari buku
Memilih Jodoh
dan Tatacara Meminang dalam Islam karya Husein Muhammad
Yusuf (GIP, Jakarta, 1995).
Insya-Allah, jika sikap
menawarkan diri dilakukan dengan ketinggian sopansantun,
tidak akan menimbulkan akibat
kecuali yang maslahat. Seorang laki-laki yang
memiliki pengetahuan mendalam
pasti akan meninggikan penghormatan terhadap
mujahadah saudaranya.
Tidak akan merendahkan wanita yang menjaga
kehormatannya seperti ini,
kecuali laki-laki yang rendah dan tidak memiliki
kehormatan kecuali sekedar apa
yang disangkanya sebagai kebaikan.
Seorang laki-laki insya-Allah
akan sangat hormat, setia, dan menaruh kasihsayang
mendalam jika ia menerima tawaran
wanita shalihah untuk menikahi. Mudahmudahan
Allah menambahkan kemuliaan dalam
keluarganya dan memberikan
keturunan yang meninggikan
derajat orangtua di hadapan Allah. Kalau terhalang
untuk menerima tawaran,
insya-Allah pada diri laki-laki akan tumbuh rasa hormat,
segan, dan respek terhadapnya.
Sungguh, saya sangat hormat
kepada mereka yang berani bermujahadah. Kepada
mereka, saya ingin menyampaikan
salam hormat saya. Semoga Allah memberi
pertolongan dan ridha-Nya kepada
kita semua sampai kelak Allah mengumpulkan di
akhirat. Mudah-mudahan Allah ‘Azza
wa Jalla mengumpulkan mereka bersama
Khadijah di Al-Haudh. Allahumma
amin. Ya Allah ini hamba-Mu memohon kepada-
Mu.
Saya ingin membahas masalah ini
lebih lanjut, mengingat pentingnya masalah
ini. Sedang sikap seperti ini
merupakan sikap terhormat yang dimuliakan. Tetapi
untuk lebih baik dan tuntasnya,
insya-Allah akan saya tuliskan dalam buku tersendiri.
Saat ini cukuplah dengan melihat
contoh-contoh lain yang tercatat dalam sejarah.
Imam Bukhari menceritakan cerita
dari Anas r.a. Ada seorang wanita yang
datang menawarkan diri kepada
Rasulullah Saw. dan berkata, “Ya, Rasulullah!
apakah Baginda
membutuhkan daku?”
Putri Anas yang hadir dan
mendengar perkataan wanita itu mencela sebagai
wanita yang tidak punya harga
diri dan rasa malu, “Alangkah sedikit rasa malunya.
Sungguh
memalukan, sungguh memalukan.”
Kado
Pernikahan 12
Anas berkata kepada putrinya itu,
“Dia lebih baik darimu. Dia senang kepada
Rasulullah Saw., lalu
menawarkan dirinya untuk beliau!” (HR Bukhari).
Rabi’ah binti Ismail
Asy-Syamiyah, istri Ahmad bin Abu Al-Huwari --murid
Abu Sulaiman Ad-Darani, seusai
menunaikan shalat Isya’, berhias lengkap dengan
busananya. Setelah itu ia
mendekati tempat tidur suaminya. Ia menawarkan kepada
suaminya, “Apakah malam ini engkau
membutuhkan kehadiranku atau tidak?”
Jika suaminya berhasrat untuk
menggaulinya, ia melayani sampai suaminya
mencapai kepuasan. Kalau malam
itu suaminya sedang tidak berminat, maka ia
menukar pakaian yang dikenakan
tadi dan berganti dengan pakaian lain yang biasa
digunakan untuk beribadah. Malam
itu, ia tenggelam di tempat shalatnya hingga
subuh.
Rabi’ah adalah salah satu istri
Ahmad bin Abu Al-Huwari. Suatu hari, ia
memasak makanan yang enak.
Masakan itu diberi campuran aroma yang harum.
Setelah masak dan menyantap
makanan itu, Rabi’ah berkata kepada suaminya,
“Pergilah ke istrimu yang lain
dengan membawa tenaga baru.”
Sebelum menikah dengan Ahmad bin
Abu Al-Huwari, Rabi’ah telah menikah
dengan seorang suami yang kaya.
Sesudah kematian suaminya, ia memperoleh harta
waris yang sangat besar. Ia
kesulitan menasharufkan (membelanjakan) hartanya demi
kepentingan Islam dan diberikan
kepada orang yang membutuhkan. Ia melihat
Ahmad bin Abu Al-Huwari sebagai
orang yang dapat menjalankan amanah.
Sementara itu, Rabi’ah sendiri
seorang perempuan yang adil.
Maka, ia meminang Syekh Ahmad bin
Abu Al-Huwari agar berkenan
memperistri dirinya. Ketika
mendapatkan pinangan Rabi’ah, Syekh Ahmad berkata,
“Demi Allah, sesungguhnya aku
tidak berminat lagi untuk menikah. Sebab aku ingin
berkonsentrasi dalam beribadah.”
Rabi’ah menjawab, “Syekh Ahmad,
sesungguhnya konsentrasiku dalam
beribadah lebih tinggi daripada
kamu. Aku sendiri sudah memutuskan keinginan
untuk tidak menikah. Tetapi
tujuanku menikah kali ini tidak lain agar dapat
menasharufkan harta
kekayaan yang kumiliki kepada saudara-saudara yang muslim,
dan untuk kepentingan Islam
sendiri. Aku pun mengerti bahwa kamu adalah seorang
yang shalih. Tetapi, justru
dengan begitu aku akan memperoleh keridhaan dari Allah
Swt.”
Ahmad bin Abu Al-Huwari tidak
segera memberikan jawaban. Ia perlu
mengkonsultasikan dulu dengan Abu
Sulaiman Ad-Darani, gurunya. Memperoleh
penjelasan dari Syekh Ahmad,
Ad-Darani berkata, “Baiklah, kalau begitu nikahilah
dia. Karena
perempuan itu adalah seorang wali”.
Bagi banyak wanita, mengajukan
tawaran secara langsung barangkali sulit
dilakukan karena kendala-kendala
psikis. Bisa juga untuk lebih menjaga kehormatan.
Jika menghadapi yang demikian,
Anda bisa menyampaikan niat Anda melalui orang
lain yang dapat dipercaya (tsiqah),
terutama orangtua jika masih ada.
Kado
Pernikahan 13
Orangtua juga bisa mengambil
inisiatif untuk menawarkan anak gadisnya kepada
laki-laki yang telah dikenal
akhlaknya. Umar bin Khaththab r.a., ayah Hafshah,
adalah salah satu contoh.
Imam Bukhari meriwayatkan, Umar
bin Khaththab berkata:
Saya datang kepada Utsman bin
Affan, menawarkan Hafshah kepadanya. Lalu
Utsman berkata, “Nantilah,
saya akan pikirkan dulu!”
Pada waktu itu istri Utsman bin
Affan, Sayyidatina Ruqaiyyah binti Rasulullah
Saw. meninggal dunia ketika
perang Badar berkobar. Dan Utsman diperintahkan oleh
Nabi untuk mengurus istrinya.
Beberapa malam kemudian, Utsman berjumpa dengan
saya dan berkata, “Saya pikir,
pada waktu ini saya belum berminat untuk kawin.”
Setelah itu, saya pergi
menawarkan putriku kepada Abu Bakar, “Kalau kau mau,
saya akan menikahkan engkau
dengan Hafshah!” Abu Bakar diam dan tidak
menjawab tawaran saya. Saya
sangat marah dan kurang senang dengan sikapnya yang
berbeda dengan Utsman, meski
Ustman juga menolak anakku.
Beberapa malam kemudian, Hafshah
dipinang oleh Rasulullah Saw. Beliau
sudah mengobati luka hati saya
karena penolakan kedua sahabatku itu. Tiba-tiba Abu
Bakar datang dan menemuiku sambil
berkata, “Mungkin kau marah dan kurang
senang kepada saya. Ketika kau
menawarkan Hafshah, saya diam dan tidak menjawab
sepatah pun!”
Saya jawab, “Ya, benar.”
Lalu Abu Bakar melanjutkan, “Sebenarnya
saya ingin sekali menerima
tawaranmu itu. Tetapi sebelum
engkau menawarkan Hafshah kepadaku, aku sudah
mendengar Nabi Saw.
menyebut-nyebut untuk meminangnya. Dan aku tidak mau
membuka rahasia beliau kepadamu.
Namun, jika beliau tidak jadi menikahinya, tentu
akan saya terima tawaranmu itu
dengan senang hati.” (Shahih Bukhari).
Kita tinggalkan dulu kisah
pernikahan Ummul Mukminin Hafshah r.a. dengan
manusia utama, Rasulullah
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa ‘alaa `alihi wasallam.
Insya-Allah kita bisa melanjutkan
lagi dengan kisah-kisah lain yang kemudian
melahirkan keturunan pilihan.
Misal, pernikahan orangtua ‘Abdullah bin Mubarok. Ia
sangat terkenal di kalangan para
ulama, shalihin, ahli zuhud dan para ilmuwan. Ia
lahir dari pernikahan anak gadis
Nuh bin Maryam dengan Mubarok, budaknya yang
jujur.
Kita bisa melanjutkan ke
kisah-kisah lainnya. Tetapi saya kira, Anda bisa
menemukan sendiri kisah-kisah
demikian di berbagai buku. Sekarang, marilah kita
tutup bab ini dengan memohon
kepada Allah mudah-mudah kita tidak dimatikan
oleh-Nya dalam keadaan membujang.
Mudah-mudahan Allah memperbaiki akhlak
kita yang masih penuh maksiat
ini. Semoga Allah mengaruniakan kepada kita
keturunan yang memberi bobot
kepada bumi dengan kalimat laa ilaha illaLlah.
Kado
Pernikahan 14
Sesudahnya, bagi para orangtua
maupun akhwat yang sedang menghadapi
pinangan (atau, sedang bersiap
menghadapi pinangan), mari kita lanjutkan
pembicaraan ke bab dua Mempertimbangkan
Pinangan.
Sedang bagi ikhwan yang telah
memiliki hasrat, atau sempat jatuh hati, jika telah
memenuhi syaratnya silakan
mendatangi orangtuanya secara resmi. Menikah secara
resmi. Menantikan saatnya tiba
yang kadang prosesnya tak mudah, tetapi sering juga
sangat sederhana. Di sinilah
indahnya mujahadah. Semoga Allah menjadikan
pendamping kita termasuk wanita
shalihah yang penuh barakah, dan darinya lahir
keturunan yang hukma-shabiyya
rabbi radhiya (memiliki kearifan semenjak kecil dan
diridhai Allah).
Allahumma amin. Ya Allah,
kabulkanlah do’a kami.
0 komentar:
Posting Komentar