KERAMATNYA MASJID TIBAN NURUL HUDA PACITAN
Laporan Hasil Penelitian ini di ajukan untuk memenui tugas mata kuliah
“sejarah kebudayaan islam”
Oleh:
Nursyid Choirul H. (210 609 047)
Dosen Pengampu:
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAN NEGERI
(STAIN) PONOROGO
2011
2011
KATA PENGANTAR
Puji
syuur kehadirt allah, tuhan yang maha kuasa, yang dengan rahmat-nya
akhirnya tulisan ini dapat saya susun. Dalam penyusunan tulisan ini
mencoba untuk menyoroti masalah satu peninggalan sejarah yang kini
merupakan sebuah situs yang belum di kenal dimasyarakat.
Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penelitian ini, keberhasilan
bukan semata-mata diraih oleh penulis, melainkandiraih oleh berkat
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan kali ini, penulis bermaksud menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyusunan laporan penelitian
ini.
Penulis
menyadari dalam laporan penelitian yang saya tulis masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat dibutuhkan sebagai
upaya perbaikan.Semoga karya tulis ini bermanfaat.
Pacitan, 6 juli 2011
Penulis
Nursyid Choirul H .
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Banyak
bangunan peninggalan sejarah penyebaran agama Islam di negeri ini yang
dipercaya keramat. Salah satunya adalah Masjid Nurul Huda yang berada di
Desa Tanjupuro, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
Masjid ini dipercaya sebagai masjid “tiban”. “Tiban” berarti jatuh atau
ada secara tiba-tiba dan diyakini keramat.
Lokasi
masjid tiban ini berada di hutan Lorok yang sekarang menjadi Kecamatan
Ngadirojo. Di hutan ini, banyak terdapat sumber mata air yang sampai
sekarang digunakan untuk pengairan sawah dan pemukiman warga. Ki Ageng
Bandung, orang kepercayaan Adipati Ponorogo, yang pertama kali menemukan
bangunan cikal bakal masjid tersebut. Ki Ageng Bandung merupakan salah
satu orang kepercayaan kerajaan yang membabat wilayah setempat yang
waktu itu masih berupa hutan pada 1700-an hingga 1800-an.
Di
dekat masjid juga terdapat sumber air yang kini dibangun sumur. Air di
sumur ini dianggap bertuah untuk mengobati segala penyakit. Tidak hanya
masyarakat lokal, warga dari luar Jawa juga kerapkali ziarah. “Pernah
ada yang dari Sumatera datang hanya untuk mengambil air sumur masjid
untuk mengobati penyakit. Sampai saat ini, masjid tetap digunakan warga
untuk salat termasuk di bulan Ramadan. “Kalau waktu salat Jumat dan
tarawih, masjid ini penuh. Tak hanya warga lokal, dari luar kota juga ada yang shalat di sini.
B. Rumusan Masalah
Dalam tulisan ini penulis mencoba membahas tentang beberapa permasalahan seperti:
1. Bagaimana peristiwa sejarah masjid 'tiban' nurul huda pacitan?
2. Bagaimana struktur dan fungsi bangunan masjid 'tiban' nurul huda pacitan?
3. Bagaimana keadaan masjid 'tiban' nurul huda pacitan sampai saat ini?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan masjid 'tiban' nurul huda pacitan.
2. Untuk mengetahui struktur dan fungsi bangunan masjid 'tiban' nurul huda pacitan.
3. Untuk mengetahui keadaan masjid 'tiban' nurul huda pacitan sampai saat ini.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat hendak dicapai dari penelitian ini adalah:
Manfaat hendak dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademik
Secara
akademik atau teoritis penelitian sejarah akan memberikan kontribusi
yang sangat besar pada perkembangan dunia pendidikan. Diharapkan dengan
penyusunan laporan penelitian ini pembaca akan lebih memahami sejarah,
fungsi, struktur bangunan dari masjid 'tiban' nurul huda pacitan serta
dapat mengetahui keadaan masjid 'tiban' nurul huda pacitan sampai saat
ini.
2. Manfaat Praktis
Laporan ini diharapkan dapat memberikan bekal dan tambahan pengetahuan.
Laporan ini diharapkan dapat memberikan bekal dan tambahan pengetahuan.
3. Memberikan wawasan kepada masyarakat agar lebih mengetahui tentang sejarah masjid 'tiban' nurul huda pacitan.
E. Metode Penelitian
Dalam melaksanakan kegiatan penelitian sejarah digunakan langkah – langkah sebagai berikut:
1. Heuristik (Pengumpulan data)
2. Mengintegrasi data
3. Analisis
4. Penulisan hasil
Dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
Dalam melaksanakan kegiatan penelitian sejarah digunakan langkah – langkah sebagai berikut:
1. Heuristik (Pengumpulan data)
2. Mengintegrasi data
3. Analisis
4. Penulisan hasil
Dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Studi Pustaka
Sebagai
penunjang dalam memperkaya isi laporan, saya menggunakan beberapa
literatur yang sesuai dengan tema pada penelitian ini.Studi pustaka ini
akan memberikan sebagai sumber pengetahuan dalam penyusunan laporan.
2. Observasi
Dalam
melaksanakan penelitian mengenai gua jepang saya melakukan pengamatan
langsung terhadap objek kajian. Di dalam praktiknya saya berusaha
mencari informasi secara langsung pada objek.
3. Wawancara
Wawancara
merupakan sebuah metode pengumpulan data yang sangat penting, karena
kita dapat mengetahui pandangan masyarakat mengenai keadaan dan
perspektif masyarakat tentang gua jepang sendiri.
4. Dokumentasi
Dokumentasi
dalam bentuk foto sangat membantu dalam proses pembuatan laporan. Oleh
karena itu dirasa sangat penting mengabadikan kejadian yang terjadi
diobjek lapangan.
BAB II
PEMBAHASAN
KERAMATNYA MASJID 'TIBAN' NURUL HUDA PACITAN
A. Asal usul ( sejarah peristiwa )
Banyak
bangunan peninggalan sejarah penyebaran agama Islam di negeri ini yang
dipercaya keramat. Salah satunya adalah Masjid Nurul Huda yang berada di
Desa Tanjupuro, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
Masjid ini dipercaya sebagai masjid “tiban”. “Tiban” berarti jatuh atau
ada secara tiba-tiba dan diyakini keramat. Nur Halim, pemangku masjid
setempat, menceritakan asal-usul masjid ini cukup misterius.
Ki
Ageng Bandung, orang kepercayaan Adipati Ponorogo, yang pertama kali
menemukan bangunan cikal bakal masjid tersebut. Ki Ageng Bandung
merupakan salah satu orang kepercayaan kerajaan yang membabat wilayah
setempat yang waktu itu masih berupa hutan pada 1700-an hingga 1800-an.
Suatu
hari Ki Ageng Bandung menjelajahi hutan di dekat Dusun Bandung. Baru
sekitar tiga langkah berjalan, ia mendengar suara burung. Karena
penasaran, dia mengikuti asal suara burung tersebut dengan menggunakan
gethek atau alat untuk menyeberang yang terbuat dari bambu dengan
menyusuri rawa hutan. Akhirnya burung tersebut terlihat bertengger di
dahan pohon tanjung kembar. Tepat di sebelah pohon tanjung kembar itu
terdapat dua bangunan. Satu bangunan berbentuk rumah joglo dan satu
bangunan lain adalah sebuah masjid kecil yang terbuat dari batu bata
beratap ilalang.
Setelah masuk ke bangunan masjid yang sudah lama tidak terawat itu, dia menemukan selembar surat berbahasa Jawa kuno. Setelah dibaca, surat tersebut ditulis seseorang yang menamakan diri Sunan Geseng. Isi surat berbunyi “Manawa alas iki wis babad sarta wis
dadi desa reja, pandhapa iki dak cadangkake sapa kang dadi lurah. Lan
masjid ing sakidul kulone iki dienggo panggonan mulang santri. Dene kang
agawe pandhapa lan masjid iki aku, Sunan Geseng”.
Jika diartikan, surat
tersebut menjelaskan bahwa “Apabila hutan ini sudah dibabat dan menjadi
desa yang makmur, pendapa ini aku tujukan untuk siapa yang akan menjadi
kepala desa. Masjid di sebelah tenggara nanti digunakan untuk tempat
belajar para santri. Yang membangun pendapa dan masjid aku, Sunan
Geseng”.
Di
bangunan itu juga ditemukan sebuah kepek atau sejenis bungkusan kantong
kecil dari kain yang tergantung. Setelah dibuka di dalamnya didapati
jubah bergaris poleng beserta surban dan baju lengan panjang seperti
baju koko untuk salat berwarna putih berbahan kain tenunan Jawa.
Sampai
sekarang kepek dan peralatan lainnya masih tersimpan dalam kotak kayu
yang dibungkus kain putih. Secara berkala, kain pembungkus itu diganti.
“Saya tidak tahu apa isi kotak tersebut. Saya tidak berani membukanya,”
ungkap pria yang akrab disapa Gus Nur ini.
Ki
Ageng Bandung sendiri sebenarnya bangsawan dari Padjajaran, Jawa Barat.
Konon, kepergiannya dari tanah Priangan itu setelah kalah berebut
kekuasaan menjadi adipati dengan sang adik. Setelah kalah dalam perang
saudara, ia hijrah ke wilayah Kerajaan Pajang, Jawa Tengah dan sampai ke
wilayah Ngadirojo, Pacitan bersama salah satu muridnya, Panji
Sanjayarangin. Sebelumnya, dia mengabdi di Adipati Ponorogo. “Sebelum
sampai di Lorok, Ki Ageng Bandung sempat membuka pemukiman di Desa
Sangrahan, Kecamatan Kebonagung dan Desa Nglaran, Kecamatan Tulakan.
B. Letak geografis dan struktur bangunan
Lokasi
masjid tiban ini berada di hutan Lorok yang sekarang menjadi Kecamatan
Ngadirojo. Di hutan ini, banyak terdapat sumber mata air yang sampai
sekarang digunakan untuk pengairan sawah dan pemukiman warga.
Sepintas
tak ada yang menonjol dari bangunan masjid yang dekat dengan perbatasan
Kabupaten Pacitan dan Trenggalek. Pun demikian saat memasuki pelataran
masjid. Tidak ada tanda kapan masjid itu dibangun. Diperkirakan masjid
itu sudah dibangun ratusan tahun yang lalu.
Di
ruang utama masjid tersebut berdiri kokoh empat buah tiang kayu
berdiameter sekitar 20 sentimeter persegi. Potongan balok tiang kayu itu
tampak masih kasar. “Mungkin waktu itu peralatan untuk membuatnya masih
terbatas sehingga garapannya kasar”.Di bagian langit-langit bangunan
inti terdapat ukiran yang menerangkan silsilah keturunan Ki Ageng
Bandung. Namun hingga kini, Nur sendiri tidak bisa menjelaskan maksud
simbol tersebut.
Selama
ratusan tahun berdiri, masjid tiban Nurul Huda baru tiga kali mengalami
pemugaran dan renovasi. Pemugaran pertama dilakukan pada bagian atap.
Daun-daunan yang berada di atap diganti dengan genting. “Kapan waktu
dipugarnya saya kurang ingat. Tapi antara tahun 1975-1998. Dinding
bangunan yang awalnya dari batu bata mentah juga dibongkar dan
direnovasi.
Selama
proses pemugaran banyak terjadi peristiwa aneh. Salah satunya,
kelumpuhan yang diderita almarhum Mbah Dawud, ayah dari Nur, yang waktu
itu jadi pemangku masjid. Meski telah dibawa berobat ke dokter kala itu,
penyakit lumpuhnya tak kunjung sembuh. Anehnya, secara tiba-tiba,
kelumpuhan yang diderita Mbah Dawud sembuh dengan sendirinya seiring
selesainya proses pemugaran masjid. Hal yang sama juga pernah dialami
Nur saat pemugaran terakhir sekitar tahun 1998. “Saya juga pernah lumpuh
dan sembuhnya juga setelah pemugaran selesai”.
C. Keadaan dan fungsi bangunan
Di
dekat masjid juga terdapat sumber air yang kini dibangun sumur. Air di
sumur ini dianggap bertuah untuk mengobati segala penyakit. Tidak hanya
masyarakat lokal, warga dari luar Jawa juga kerapkali ziarah. “Pernah
ada yang dari Sumatera datang hanya untuk mengambil air sumur masjid
untuk mengobati penyakit.
Masjid keramat ini juga sering jadi jujukan pejabat pemerintah untuk ngalap
berkah dan mohon doa. “Dulu saat Soeharto masih jadi presiden, ada
beberapa pejabat yang datang ke sini,” pungkas Nur tanpa mau menyebutkan
identitas sang pejabat.
Ada beberapa pantangan yang harus diikuti warga ketika datang ke masjid
ini khususnya bagi wanita yang sedang datang bulan. Jika dilanggar bisa
berakibat fatal. Warga juga dilarang buang air kecil sembarangan di
sekitar masjid.
Sampai
saat ini, masjid tetap digunakan warga untuk salat termasuk di bulan
Ramadan. “Kalau waktu salat Jumat dan tarawih, masjid ini penuh. Tak
hanya warga lokal, dari luar kota juga ada yang shalat di sini.
.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
uraian diatas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa nilai historis
dari masjid tersebut tidak pada posisinya. Karena masjid tersebut tidak
pernah dilakukan sebuah penelitian yang mengangkat nilai historisnya.
Penelitian yang sering dilakukan adalah penelitian tentang kondisi
geografi sekitar masyarakat setempat. Selain penelitian geografi juga
yang sering dilakukan adalah penelitian sosial oleh para peneliti ahli.
Sampai saat ini, masjid tetap digunakan warga untuk beribadah. Selain
itu juga banyak masyarakat lokal, warga dari luar Jawa juga kerapkali
ziarah. Air di sumur ini dianggap bertuah untuk mengobati segala
penyakit
B. Saran
Saya
harap orang yang datang ke masjid ‘tiban’ nurul huda ini memiliki
tujuan untuk beribadah, tidak untuk yang lainya. Karena banyak orang
beranggapan datang ke masjid ini untuk berritual. Memang disisi lain
masjid ini memiliki banyak sisi yang misteri, akan tapi sebaiknya kita
beranggapan itu keagungan Allah yang di tunjukkan kepada kita agar
selalu bertakwa kepadaNYA.
0 komentar:
Posting Komentar